Cara Beternak Kambing Beranak Banyak dengan Pakan Murah
Cara Beternak Kambing Dengan Pakan Murah
Cara Beternak Kambing
Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam semua usaha peternakan, baik sapi, kambing, maupun ternak unggas. Produktivitas atau performans ternak 70% dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan 30% faktor genetik.
Tulisan ini merupakan bagian kecil dari artikel terbaru:
26 (A-Z) Pedoman Lengkap Cara Beternak Kambing Etawa untuk Pemula agar Menguntungkan
Hal ini menunjukkan bahwa secara genetik ternak memiliki potensi yang bagus akan tetapi, jika lingkungan tidak mendukung maka performans ternak tidak akan dapat maksimal.
Baca juga: Cara Beternak Kambing Beranak Tiga Setiap 8 Bulan
Jenis pakan yang diberikan di CV Kambing Burja yaitu berupa konsentrat dan hijauan. Salah satu faktor yang menentukan baik-buruknya perkembangan ternak ruminansia adalah pakan. Hijauan pakan ternak merupakan sumber serat kasar yang utama.
Cara Beternak Kambing.Hijauan pakan dari keluarga leguminosa juga merupakan sumber protein bagi ternak. Hijauan pakan merupakan bagian terbesar dari seluruh pakan yang diberikan, dengan demikian hijauan pakan yang pada umumnya terdiri atas rumput dan leguminosa merupakan bagian yang sangat penting di dalam usaha tani ternak (Bambang et al., 2012).
Pemberian pakan hijauan dan konsentrat dapat bervariasi dalam penyusunannya. Cara penyusunanya dicari bahan yang sesuai dengan nilai ekonomis sedangkan menurut Esminger et al. (1990), penggunaan ransum lengkap atau komplit akan memberikan beberapa keuntungan antara lain:
Cara Beternak Kambing. Meningkatkan efisiensi pemberian pakan, kemudian ketika hijauannya kurang palatabel maka jika dibuat campuran ransum komplit akan meningkatkan konsumsi, begitu juga sebaliknya jika ketersediaan konsentrat terbatas dapat dipakai hijauan sebagai campuran dan campuran ransum komplit dapat mempermudah ternak untuk mendapatkan nutrien lengkap.
Cara Beternak Kambing: Hijauan Pakan Kambing Murah
Rumput gajah dipilih karena rumput gajah memiliki keunggulan antara lain: mampu beradaptasi diberbagai macam tanah, merupakan tanaman parenial, produksinya tinggi, nilai gizinya tinggi dan tingkat pertumbuhanya tinggi.
Cara Beternak Kambing. Rumput gajah diperoleh dari lahan sendiri karen di CV Kambing Burja terdapat lahan seluas 8 hektar yang selain digunakan untuk kandang sisanya dimanfaatkan untuk menanam hijauan untuk pakan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Supriadi et al, (2004) peternak pada umumnya untuk memperoleh hijauan makanan ternak di lapangan yang ketersediaannya tergantung pada musim.
Peternak juga melakukan penanaman hijauan makanan ternak terutama yang memiliki jumlah ternak banyak sehingga tidak hanya mengandalkan pencarian di alam. Hijauan makanan ternak bisa berupa hijauan segar yang terdiri dari rumput dan daun-daunan (rumput gajah, rumput alam, daun jagung, rumput setaria, rambanan).
Cara Beternak Kambing Beranak Banyak. Pakan hijauan berfungsi sebagai sumber serat atau sekaligus sebagai sumber vitamin untuk ternak. Hijauan diberikan kepada ternak setelah dilakukan pencoperan agar ukurannya lebih kecil dan mudah untuk dikonsumsi oleh ternak. Frekuensi pemberiannya sebanyak 3 kali.
Cara Beternak Kambing Beranak 3. Jadwal pemberian dilakukan 1 jam setelah pemberian konsentrat dilakukan yaitu pagi pukul 09.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB serta 14.00 WIB pada sore hari. Jumlah pakan hijauan yang diberikan yaitu sekitar 5 kg/ekor/hari disesuaikan dengan kebutuhan ternak.
Hijauan mulai diberikan pada ternak pada usia di atas 2 minggu. Hijauan tidak diberikan untuk cempe umur di bawah 2 minggu karena rumennya belum terbentuk sempurna. Pemberian ini diharapkan dapat melatih cempe untuk makan hijauan serta agar cepat membentuk saluran cerna yang sempurna dan mempercepat masa sapih.
Pemberian hijauan diberikan dengan jumlah 5 kg/hari/ekor bertujuan selain memenuhi kebutuhan hidup pokok juga dapat meningkatkan kinerja sistem reproduksi pada indukan. Selain itu cepat mengembalikan kesehatan ternak post partum agar BCS kembali ideal sekitar 3-3,5. CV Kambing Burja memberikan hijauan karena selain tersedia di lahan HMT juga karena mengikuti naluri alamiah dari kambing yaitu makan hijauan.
Di CV Kambing Burja untuk memudahkan pemberian pakan pemberian dilakukan dengan menggunakan drum. Setiap drum dapat menampung 35 Kg hijauan. Sebagai contoh kandang L yang terdiri dari 12 flocks yang memeiliki populsi kambing sebanyak 120 ekor sehingga pada kandang L diberikan hijauan sebanyak: 120 x 5 Kg = 600 Kg hijauan atau setara dengan 17 drum hijauan per hari yang diberikan dengan frekuensi 3 kali sehari.
Untuk jumlah hijauan yang diberikan untuk setiap fase kambing tidak memiliki perbedaan, kecuali untuk kambing fase starter, hijauan tidak diberikan karena rumennya belum terbentuk sempurna.
Cara Beternak Kambing: Konsentrat Terbaik Agar Kambing Sehat
Konsetrat adalah suatu bahan pakan yang mempunyai kandungan serat kasar yang rendah dan mudah dicerna, mengandung pati dan protein yang tinggi, sehingga nilai nutrisi yang terkandung pada konsentrat lebih baik dari pada hijauan (Askari, 2012). Konsentrat yang digunakan oleh CV Kambing Burja yaitu berupa campuran bahan pakan, konsentrat diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrien kambing.
Cara Beternak Kambing. Konsentrat dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat. Pakan ini mudah dicerna ternak ruminansia karena dibuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi, sumber protein, vitamin dan mineral (Kartadisastra, 1997).
Konsentrat yang digunakan di CV Kambing Burja merupakan konsentrat buatan sendiri. Konsentrat di CV kambing Burja terdiri dari jagung, pollard, bungkil kopra, bungkil kedelai, DDGS, tetes dan mineral. Imbangan konsentrat yang digunakan di CV. Kambing Burja berbeda-beda disesuaikan dengan fase dan kebutuhanya.
Fase-fase tersebut dapat di bagi menjadi 4 fase, antara lain: a. fase 1 starter, b. fase 2 grower, c. fase 3 induk rekon, mating, pra USG, induk bunting muda, pejantan dan d. fase induk bunting tuadan induk laktasi. Imbangan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Cara Beternak Kambing. Tabel 3. Proporsi Konsentrat untuk Induk Laktasi dan Induk Hamil Tua
"Complete Feed Induk Laktasi dan Induk Hamil Tua"
Feedstuff Parts KG Per: 100 Kg
Corn Grain 30,0% 30,0 KG
SBM 10,0% 10,0 KG
DDGS 10,0% 10,0 KG
Kulit Kopi 0,0% -,0 KG
Wheat Pollard 20,0% 20,0 KG
Separator Beras 7,0% 7,0 KG
Bkl Kopra 15,0% 15,0 KG
Kulit Kacang 0,0% -,0 KG
Rendeng Kedele 0,0% -,0 KG
Tetes 5,0% 5,0 KG
Kapur 1,0% 1,0 KG
Garam Ternak 1,0% 1,0 KG
Premix Induk 1,0% 1,0 KG
Complete Feed 100,0% 100 KG
Tabel 4. Proporsi Konsentrat untuk Induk Rekon, Mating, PraUSG, Hamil Muda dan Pejantan
"Complete Feed Induk Rekon, Mating, PraUSG, H Muda dan Pejantan"
Feedstuff Parts KG Per: 100 kg
Corn Grain 35,0% 35,0 KG
SBM 8,0% 8,0 KG
DDGS 7,0% 7,0 KG
Kulit Kopi 0,0% -,0 KG
Wheat Pollard 20,0% 20,0 KG
Separator Beras 7,0% 7,0 KG
Bkl Kopra 15,0% 15,0 KG
Kulit Kacang 0,0% -,0 KG
Rendeng Kedele 0,0% -,0 KG
Tetes 5,0% 5,0 KG
Kapur 1,0% 1,0 KG
Garam Ternak 1,0% 1,0 KG
Premix Grower 1,0% 1,0 KG
Complete Feed 100,0% 100 KG
Tabel 5. Proporsi Konsentrat untuk Fase Grower
"Complete Feed Grower"
Feedstuff Parts KG Per: 100 Kg
Corn Grain 30,0% 30,0 KG
SBM 10,0% 10,0 KG
DDGS 10,0% 10,0 KG
Kulit Kopi 0,0% - KG
Wheat Pollard 18,0% 18,0 KG
Separator Beras 7,0% 7,0 KG
Bkl Kopra 17,0% 17,0 KG
Kulit Kacang 0,0% - KG
Rendeng Kedele 0,0% - KG
Tetes 5,0% 5,0 KG
Kapur 1,0% 1,0 KG
Garam Ternak 1,0% 1,0 KG
Premix Grower 1,0% 1,0 KG
Complete Feed 100,0% 100,0 KG
Tabel 6. Proporsi Konsentrat untuk Fase Starter
"Complete Feed Starter"
Feedstuff Parts KG Per: 100 Kg
Corn Grain 30,00% 30,0 KG
SBM 15,00% 15,0 KG
DDGS 12,00% 12,0 KG
Kulit Kopi 0,00% - KG
Wheat Pollard 15,00% 15,0 KG
Separator Beras 5,00% 5,0 KG
Bkl Kopra 15,00% 15,0 KG
Kulit Kacang 0,00% - KG
Rendeng Kedele 0,00% - KG
Tetes 5,00% 5,0 KG
Kapur 1,00% 1,0 KG
Garam Ternak 1,00% 1,0 KG
Premix Starter 1,00% 1,0 KG
Concentrate 100,00% 100,0 KG
Konsentrat yang diberikan terdiri dari bahan pakan yang dijaga kualitasnya sehingga sumber bahan pakan harus jelas. Soeparno dan Davies, (1987) menyatakan perlakuan-perlakuan pakan dapat mengubah performa termasuk pertumbuhan, efisiensi pakan produksi dan kualitas daging.
Suplementasi konsentrat pada kambing yang sedang tumbuh dapat meningkatkan konsumsi pakan dan laju pertumbuhan. Bahan pakan yang berkualitas akan dapat meningkatkan performans ternak dan kesehatan ternak juga akan semakin terjamin. Proses mixer atau pencampuran bahan pakan dilakukan di kandang CV Kambing Burja yang lain yang berada di Pasuruhan.
Konsentrat yang sudah jadi dimasukkan ke dalam karung berlabel kemudian akan didistribusikan ke seluruh kandang untuk diberikan kepada ternak.
Pemberian konsentrat tergantung dari mutu hijauan yang diberikan. Makin tinggi kualitas rumput, makin sedikit zat-zat makanan yang perlu disuplai oleh konsentrat. Pemberian konsentrat kepada ternak ruminansia sebanyak 1% dari bobot badan.
Berbeda halnya dengan jumlah pemberian hijauan yang diberikan dengan jumlah yang sama untuk setiap statusnya, jumlah pemberian konsentrat kambing di CV kambing Burja diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan, bobot badan serta statusnya sebagaimana tabel berikut:
Tabel 7. Jumlah Pemberian Konsentrat
Status Ct Gram/ekor/hari
Laktasi Induk 500
Bunting Tua Induk 550
Bunting Muda Induk 450
Pra USG Induk 450
Matting Induk 450
Rekon Induk 450
Pra kering Induk 350
F1 Induk 450
Boer Induk 450
Cempe Cempe Berdasarkan bobot badan dan umurnya
Konsentrat yang diberikan dalam kondisi agak basah, hal ini dilakukan untuk meningkatkan konsumsi dan laju kecernaan pakan serta mengurangi adanya resiko iritasi mata pada kambing akibat konsentrat yang terbawa angin. Pemberian konsentrat di CV Kambing Burja dilakukan 1 jam lebih awal dari jadwal pemberian hijauan.
Hal ini bertujuan agar konsentrat yang diberikan habis dan tidak terbuang, selain itu pemberian konsentrat yang lebih awal diharapkan dapat meningkatkan nafsu makan serta merangsang kerja mikrobia rumen karena mikrobia dalam rumen cenderung akan memanfaatkan pakan konsentrat terlebih dahulu sebelum memanfaatkan hijauan yang merupakan sumber serat kasar.
Frekuensi pemberian konsentrat juga berbeda dengan frekuensi pemberian hijauan. Frekuensi sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan siang hari. Jadwal pemberian konsentrat pagi hari pukul 08.00 WIB dan siang hari pukul 11.30 WIB.
Tujuan pemberian konsentrat dalam pakan ternak kambing adalah untuk meningkatkan daya guna pakan, menambah unsur pakan yang defisien serta meningkatkan konsumsi dan kecernan pakan. Mikrobia dalam rumen cenderung akan memanfaatkan pakan konsentrat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar yang ada. Mikrobia rumen lebih mudah dan lebih cepat berkembang populasinya (Murtidjo, 1993).
Kunci Sukses Cara Beternak Kambing
Pemberian Air Minum
Pemberian air minum di CV kambing Burja dilakukan secara ad libitum.
Pemberian air minum yang dilakukan secara ad libitum dilakukan dengan tujuan agar kebutuhan air minum kambing kambimg dapat terpenuhi. Pemberian pakan dan air minum dilakukan oleh anak kandang yang bertanggung jawab dalam mendistribusikan pakan dan air minum ternak kambing.
Air yang diberikan diganti 2 kali sehari. Sebelum dilakukan pergantian air minum biasanya bak air minum dibersihkan terlebih dahulu.
Kebutuhan air pada ternak tergantung dari beberapa faktordiantaranya yaitu kondisi iklim, bangsa, umur dan jenis pakan yang diberikan (Sugeng, 1998). Pemberian air minum di CV Kambing Burja dilakukan secara ad libitum dengan harapan bahwa kebutuhan air minum kambing fdapat tercukupi sehingga ternak tidak mengalami dehidrasi akibat kekurangan air minum.
Sumber air di peroleh dari pegunungan yang kemudian ditampung dan kemudian didistribusikan ke kandang-kandang menggunakan selang yang akan dialirkan ke bak-bak minum di masing-masing kandang.
Air diperlukan untuk membantu proses pencernaan, mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna dari dalam tubuh (keringat, air kencing dan kotoran), melumasi persendian dan membuat tubuh tidak kepanasan.
Volume kebutuhan air pada kambing sangat bervariasi, dipengaruhi oleh jenis kambing, suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, dan kegiatan kambing. Bila bobot kambing hidup 40 kg/ekor dan ransum kering (dalam bahan kering) yang dibutuhkan ternak rata-rata sebanyak 0,8 kg dan air minum minimal sebanyak 3 x 1 liter (3 liter). Kebutuhan air minum untuk kambing berkisar 3-5 liter sehari (Mulyono dan Sarwono, 2008).
Manajemen Pemberian Pakan Kambing
Kebutuhan nutrisi kambing berbeda-beda sesuai dengan kondisi umur, status fisiologi dan tingkat produktivitasnya. Pemberian pakan yang tepat akan menjaga keseimbangan kondisi rumen. Sehingga proses pencernaan mikroba rumen berjalan dengan baik (Sarwono, 2012).
Nutrien pakan ternak yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain adalah protein dan energi. Protein merupakan komponen utama jaringan otot dan merupakan komponen penting pada semua jaringan hidup.
Kebutuhan protein dipengaruhi oleh fase pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, berat tubuh, umur, kondisi tubuh, pertambahan berat dan rasio protein energi. Ternak yang sedang tumbuh membutuhkan enegi untuk hidup pokok, pertumbuhan, gerak otot dan sintesis jaringan baru.
Ternak yang diberi pakan protein dan energi yang melebihi kebutuhan hidup pokoknya, maka ternak tersebut akan menggunakan kelebihan nutrien pakan untuk pertumbuhan dan produksi.
Menurut Tillman et al, (1998), kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsi pakan, sehingga pakan yang diberikan selama pertumbuhan harus meliputi jumlah yang diperlukan untuk hidup pokok dan jumlah yang diperlukan untuk pembentukan jaringan.
Salah satu kebutuhan nutrisi pada ternak yang harus diperhatikan adalah protein. Laju pertumbuhan ternak yang cepat, akan membutuhkan protein lebih tinggi di dalam ransumnya (Haryanto, 1992). Protein di dalam tubuh ternak, protein berfungsi untuk memperbaiki jaringan tubuh dan pembangun jaringan baru (Anggorodi, 1990).
Proses pemanfaatan protein salah satunya dipengaruhi oleh jumlah protein yang dikonsumsi. Konsumsi protein dipengaruhi oleh level pemberian pakan. Pemberian pakan yang tidak dibatasi (melebihi hidup pokok) akan meningkatkan tingkat konsumsi protein karena ternak mempunyai kesempatan untuk makan lebih banyak (Haryanto, 1992).
Menurut Kearl (1982), kebutuhan protein pada kambing berkisar antara 12-14% per ekor. Pemanfaatan protein selain terkait dengan level pemberian pakan juga terkait dengan bobot badan ternak. Ternak yang berbobot badan rendah dan masuk masa pertumbuhan membutuhkan protein lebih tinggi dibandingkan ternak dewasa yang telah masuk masa penggemukkan (Orskov, 1992).
Protein mula-mula akan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup pokok, selanjutnya kelebihan protein yang ada pada ternak yang berbobot badan rendah cenderung akan dimanfaatkan untuk proses pertumbuhan. Protein dalam tubuh ternak salah satunya berfungsi untuk pertumbuhan atau pembentukan jaringan baru. Ternak yang telah memenuhi kebutuhan hidup pokoknya akan memanfaatkan kelebihan protein pakan akan disimpan dalam bentuk glikogen dan dimanfaatkan untuk proses penggemukan.
Di CV Kambing Burja konsentrat yang diberikan memiliki formula masing-masing, sehingga untuk setiap fasenya memiliki kandungan nutrien yang berbeda, perbedaan nutrien pakan berdasarkan fasenya dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 8. Kandungan Nutrien Pakan Berdasarkan Fase Starter
"Complete Feed Starter"
Feedstuff Parts DM TDN CP Ca P
Corn Grain 30,00% 25,50% 26,70% 2,70% 0,01% 0,09%
SBM 15,00% 13,35% 13,05% 7,20% 0,05% 0,11%
DDGS 12,00% 10,68% 10,56% 3,12% 0,04% 0,10%
Kulit Kopi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Wheat Pollard 15,00% 13,35% 11,25% 2,55% 0,02% 0,15%
Separator Beras 5,00% 4,30% 3,50% 0,70% 0,00% 0,06%
Bkl Kopra 15,00% 13,65% 11,25% 3,45% 0,03% 0,10%
Kulit Kacang 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Rendeng Kedele 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Tetes 5,00% 3,50% 3,50% 0,25% 0,05% 0,00%
Kapur 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,97% 0,00%
Garam Ternak 1,00% 0,90% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Premix Starter 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Concentrate 100,00% 87,15% 79,81% 19,97% 1,16% 0,61%
Complete Feed (BW 20Kg) 0,450 0,313 0,078
Requirement (NCR) 0,847 0,467 0,063
Tabel 9. Kandungan Nutrien Pakan Berdasarkan Fase Grower
"Complete Feed Grower"
Feedstuff Parts DM TDN CP Ca P
Corn Grain 30,00% 25,50% 26,70% 2,70% 0,01% 0,09%
SBM 10,00% 8,90% 8,70% 4,80% 0,03% 0,07%
DDGS 10,00% 8,90% 8,80% 2,60% 0,03% 0,09%
Kulit Kopi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Wheat Pollard 18,00% 16,02% 13,50% 3,06% 0,03% 0,18%
Separator Beras 7,00% 6,02% 4,90% 0,98% 0,00% 0,09%
Bkl Kopra 17,00% 15,47% 12,75% 3,91% 0,03% 0,11%
Kulit Kacang 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Rendeng Kedele 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Tetes 5,00% 3,50% 3,50% 0,25% 0,05% 0,00%
Kapur 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,97% 0,00%
Garam Ternak 1,00% 0,90% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Premix Grower 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Concentrate 100,00% 87,13% 78,85% 18,30% 1,15% 0,63%
DM Pellet 1,100 0,756 0,175
Tabel 10. Kandungan Nutrien Pakan Berdasarkan Fase Induk Rekon, Matting, Pra USG, Bunting Muda dan Pejantan
"Complete Feed Induk Rekon, Mating, PraUSG, HM dan Pejantan"
Feedstuff Parts DM TDN CP Ca P
Corn Grain 35,00% 29,75% 31,15% 3,15% 0,01% 0,11%
SBM 8,00% 7,12% 6,96% 3,84% 0,02% 0,06%
DDGS 7,00% 6,23% 6,16% 1,82% 0,02% 0,06%
Kulit Kopi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Wheat Pollard 20,00% 17,80% 15,00% 3,40% 0,03% 0,20%
Separator Beras 7,00% 6,02% 4,90% 0,98% 0,00% 0,09%
Bkl Kopra 15,00% 13,65% 11,25% 3,45% 0,03% 0,10%
Kulit Kacang 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Rendeng Kedele 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Tetes 5,00% 3,50% 3,50% 0,25% 0,05% 0,00%
Kapur 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,97% 0,00%
Garam Ternak 1,00% 0,90% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Premix Grower 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Concentrate 100,00% 86,89% 78,92% 16,89% 1,14% 0,61%
DM Pellet 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Tabel 11. Kandungan Nutrien Pakan Berdasarkan Fase Laktasi dan Induk Bunting Tua
"Complete Feed Induk Laktasi dan Induk Hamil Tua"
Feedstuff Parts DM TDN CP Ca P
Corn Grain 30,00% 25,50% 26,70% 2,70% 0,01% 0,09%
SBM 10,00% 8,90% 8,70% 4,80% 0,03% 0,07%
DDGS 10,00% 8,90% 8,80% 2,60% 0,03% 0,09%
Kulit Kopi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Wheat Pollard 20,00% 17,80% 15,00% 3,40% 0,03% 0,20%
Separator Beras 7,00% 6,02% 4,90% 0,98% 0,00% 0,09%
Bkl Kopra 15,00% 13,65% 11,25% 3,45% 0,03% 0,10%
Kulit Kacang 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Rendeng Kedele 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Tetes 5,00% 3,50% 3,50% 0,25% 0,05% 0,00%
Kapur 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,97% 0,00%
Garam Ternak 1,00% 0,90% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Premix Induk 1,00% 0,96% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Concentrate 100,00% 87,09% 78,85% 18,18% 1,15% 0,64%
DM Pellet 1,10 0,755 0,174 - -
Konsentrat diberikan pada ternak mulai umur 2 minggu. Pada usia di bawah 2 minggu cempe masih mengonsumsi susu indukan untuk menguatkan sistem kekebalan tubuhnya. Pemberian pakan konsentrat pada cempe diharapkan agar melatih saluran pencernaan cempe untuk dapat makan konsentrat sehingga rumen dapat terbentuk secara sempurna.
Kandungan protein dibedakan pada setiap fase diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Pada fase starter kandungan protein cukup tinggi karena pada masa ini cempe selain diberi pakan sama seperti induk juga masih diberi asupan susu baik dari induk maupun dari sapi.
Fase starter dalam pergantian pakan sendiri perlu adanya waktu yang lama karena perlu adanya masa adaptasi fisiologis cempe dimana terjadi pembentukan rumen. Protein tidak bisa diberikan dalam jumlah yang tinggi mengingat pembentukan rumen sendiri masih terjadi.
Apabila protein terlalu tinggi diberikan pada fase starter akan terjadi gangguan saluran pencernaan seperti diare. Sedangkan pada fase grower dan indukan diperlukan kandungan protein yang tinggi mengingat tujuan pemeliharaan pada masing-masing fase penggemukan. Grower bertujuan untuk penggemukkan dari cempe sampai siap kawin.
Penggemukan di fase grower juga bertujuan untuk mempersiapkan sistem reproduksi pertama kali hingga siap kawin. Indukan dipersiapkan untuk proses breeding. Pada fase Indukan ini diharapkan dengan protein yang cukup dapat meningkatkan kinerja dari sistem reproduksi sehingga proses breeding dapat terlaksana.
Perubahan formula ransum sesuai dengan fase pertumbuhan dilakukan guna memaksimalkan potensi genetik melalui perlakuan lingkungan berupa pakan sehingga dapat menampilkan bobot badan yang cocok untuk kambing potong. Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan tata laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui dan anaknya baik, maka bobot anak kambing bias mencapai 10-14 kg/ekor ketia disapih pada umur 90-120 hari.
Menurut Williamson dan Payne (1993) untuk kambing pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk memberikan kesempatan cempe memperoleh keuntungan maksimal dari susu induknya. Hal ini juga dilakukan di CV. Kambing Burja. Adapaun tabel kebutuhan nutrien kambing dapat dilihat dari tabel National Reserch Council 1981 berikut:
Tabel 12. Kebutuhan Nutrien Kambing Menurut NRC
Tabel 13. Fase Penggemukan Kambing di CV. Kambing Burja
Kriteria Fase
Indukan Starter Grower
Umur 1 – 1,1 tahun 2 – 24 minggu 0,5 – 1 tahun
Berat < 30 kg 1,8 – 18 kg 18 - 30 kg
Kebutuhan PK 18 % 20% 18%
Sumber : Kearl (1982)
Kebutuhan pakan kambing potong seperti 65-148,5 gram/kg bobot badan. Kambing boer kira-kira membutuhakn BK 3 kg, PK 350 gram, TDN 1,56 kg (Mathius et al., 2002).
Produktivitas ternak kambing dapat ditingkatkan dengan mengkombinasikan rumput lapang dengan bahan pakan lainnya yang mengandung nutrien lebih tinggi, agar nutrien dari pakan yang diberikan meningkat.
Umumnya, bahan pakan yang digunakan sebagai suplemen adalah konsentrat. Konsentrat merupakan bahan pakan yang kaya akan energi, protein, mineral, vitamin, kandungan serat kasarnya rendah serta mudah dicerna, sehingga dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan pakan (Murtidjo, 1993).
Pemberian konsentrat untuk level kandungan protein kasar berbeda pada pakan dasar rumput, dapat saling menutupi kekurangan masing-masing bahan dan dapat meningkatkan nilai nutrisi pakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi sedangkan kecernaan serat suatu bahan makanan mempengaruhi kecernaan pakan, baik dari segi jumlah maupun komposisi kimia seratnya (Tillman, 1991).
Serat tidak pernah digunakan seluruhnya oleh ruminansia dan sekitar 20-70% dari serat kasar yang dikonsumsi dapat ditemukan di dalam feses. Mikrobia dalam rumen cenderung akan memanfaatkan pakan konsentrat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar yang ada.
Mikrobia rumen lebih mudah dan lebih cepat berkembang populasinya (Murtidjo, 1993). Hal ini menjadi alasan kenapa di CV kambing Burja menggunakan kombinasi 2 jenis pakan yaitu pakan hijauan dan konsentrat.
Ternak ruminansia mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi, serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya juga akan meningkat pula.
Jumlah konsumsi pakan adalah merupakan faktor penentu yang paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan.
Konsumsi pakan merupakan jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila diberikan ad libitum (Parakkasi, 1999). Menurut Tillman et al., (1998) konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ternak, zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi hewan tersebut.
Tingkat konsumsi zat makanan sangat mempengaruhi performa produksi ternak, sedangkan tingkat konsumsi suatu pakan mencerminkan tingkat palatabilitas pakan tersebut. Pakan yang dikonsumsi meliputi hijauan yang merupakan rumput gajah dan konsentrat. Berdasarkan data Magang diperoleh perhitungan rata-rata konsumsi pakan per ekor per hari masing-masing kandang adalah :
1. Kandang Kambing Dara
Konsumsi Rata-rata per ekor per hari
a. Hijauan:
4,87x 16 % =0,77 Kg BK
b. Konsentrat:
0,45x 87,09% =0,39Kg BK
c. Konsumsi total=
0,77+0,39=1,16 Kg BK
2. Kandang Kambing Rekon
Konsumsi rata-rata / ekor/hari
a. Hijauan:
4,72x 16 % =0,75 Kg BK
b. Konsentrat:
0,45x 87,09% =0,39Kg BK
c. Konsumsi total=
0,75+0,39=1,14 Kg BK
3. Kandang rekon
Konsumsi rata-rata/ekor/hari
a. Hijauan:
4,7x 16 % =0,75 Kg BK
b. Konsentrat:
4,5x87,09% =0,39 Kg BK
c. Konsumsi total=
0,75+0,39 =1,14
4. Kandang bunting
Konsumsi rata-rata /ekor/hari
a. Hijauan:
4,89x 16 % =0,78 Kg BK
b. Konsentrat:
0,45X87,09%=0,39 Kg BK
c. Konsumsi total=
0,78+0,39=1,17 Kg BK
5. Pejantan
Konsumsi rata-rata /ekor/hari
a. Hijauan:
7,81x 16 % =1,24 Kg BK
b. Konsentrat:
1x86,89 %= 0,86 Kg BK
c. Konsumsi total=
1,24+0,86=2,10 Kg BK
Konsumsi pakan ini diperoleh dari pengurangan pemberian pakan dengan sisa pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Soebarinoto et al., 1991) yang menyatakan konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dapat dimakan pada waktu tertentu.
Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ternak (bobot badan dan umur), tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas (Parakkasi, 1999). Kecernaan pakan dan laju digesta pakan mempengaruhi konsumsi ransum. Kecernaan yang tinggi dan laju digesta yang cepat akan meningkatkan konsumsi ransum.
Perry et al., (2003) menyatakan bahwa konsumsi makanan dipengaruhi terutama oleh faktor kualitas makanan dan oleh faktor kebutuhan energi ternak yang bersangkutan. Makin baik kualitas makanannya, makin tinggi konsumsi makanan seekor ternak. Kualitas pakan berpengaruh terhadap konsumsi akhirnya yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan.
Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting untuk menentukan jumlah zat-zat makanan yang tersedia bagi ternak. Produksi ternak hanya dapat terjadi apabila konsumsi energi pakan berada di atas kebutuhan hidup pokok.
Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan pengukuran bobot badan. Berat badan merupakan suatu kriteria pengukuran yang penting pada seekor hewan dalam menentukan perkembangan pertumbuhannya. Berat badan juga merupakan salah satu dasar pengukuran untuk produksi disamping jumlah anak yang dihasilkan dalam menentukan nilai ekonominya (Wandito, 2011).
Kenaikan berat tubuh adalah pertumbuhan yang meliputi pertambahan berat dan perubahan bentuk dari jaringan (Anggorodi, 1994). Kenaikan berat hidup yang terlihat adalah kemampuan ternak didalam mengubah nutrien pakan menjadi daging dan lemak setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi.
Bobot badan dapat diketahui dengan penimbangan (Kartadisastra, 1997).
Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot badan ternak. Pertambahan bobot badan ternak tersebut dapat digunakan untuk mengontrol kecepatan pertumbuhan (Kamal, 1997).
Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan tiap hari atau per satuan waktu lainnya.
Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan makanan ternak.
Thalib (2004) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, maksudnya penilaian pertambahan bobot badan ternak sebanding dengan ransum yang dikonsumsi.
Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap harinya, jenis ternak, umur, keadaan genetis lingkungan, kondisi setiap individu dan manajemen tata laksana. Adapun dari data magang di Cv Kambing Burja diperoleh rata-rata pertambahan bobot badan untuk masing-masing kandang adalah sebagai berikut :
Hal ini sesuai dengan pendapat (Shipley (2005) yang menyatakan bahwa kambing Boer merupakan satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya yang cepat.
Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan 35 - 45 kg pada umur lima hingga enam bulan dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 - 0,04 kg per hari. Presentase daging pada karkas kambing Boer mencapai 40%-50% dari berat badannya (Ted dan Shipley, 2005).
Bobot tubuh kambing Boer jantan umur 8 bulan dapat mencapai 64 kg, umur 12 bulan 92 kg, sedangkan pada saat dewasa bobot tubuhnya dapat mencapai sekitar 114—116 kg. Pertumbuhan kambing Boer dapat mencapai 250 g/hari (Barry dan Godke, 1991).
Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya.
Cheeke (1999) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas pakan sangat mempengaruhi pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan harian pada jantan lebih efesien dalam mengubah makanan bahan kering menjadi bobot tubuh dibanding ternak betina.
Hal ini dikarenakan adanya hormon testoteron (dihasilkan oleh testis). Sekresi testoteron yang tinggi rnenyebabkan sekresi androgen tinggi sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat terutama setelah munculnya sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan (Soeparno, 1998). Kambing jantan sebagai penghasil daging atau untuk dijadikan bibit, perlu mencapai bobot badan yang maksimal saat dipotong atau digunakan untuk pejantan. Hal tersebut dapat dicapai bila protein dan energi ransum yang dikonsumsi mencukupi kebutuhan nutrien kambing.
Cara Beternak Kambing: Evaluasi Manajemen Pakan
Bagian penyimpanan pakan di gudang terdapat hal yang perlu dievaluasi yaitu cara penyimpanan bahan dasar pembuatan konsentrat. Penyimpanan bekatul dan kopra belum diberi alas. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas bahan pakan. Bekatul dan kopra dalam penyimpanannya sebaiknya diberikan alas pada saat penumpukkan bahan sebagai cadangan.
Alas tersebut bertujuan untuk melindungi dari perubahan suhu yang terlalu tajam. Bekatul dan kopra sifatnya panas karena mengandung karbohidrat dan protein. Jika terdapat perubahan suhu yang drastis maka membuat terjadi rancid atau tengik.
Hal ini akan menimbulkan pertumbuhan jamur. Jamur yang masuk ke saluran pencernaan ternak dapat mempengaruhi performa ternak salah satunya adanya gangguan fungsional pada ternak. Pencegahan yang bisa dilakukan yaitu dengan pemberian alas kayu yang berjarak 10-15 cm dari lantai untuk menjaga perubahan suhu pada kedua bahan tersebut.
CV Kambing Burja selain selektif dalam pemilihan bahan pakan juga teratur dalam pembersihan palungan. Palungan selalu dibersihkan setiap paginya agar tidak terkontaminasi pakan hari kemarin. Pakan konsentrat dimana di dalamnya terdapat bekatul memiliki sifat mudah apek dan berjamur. Jika termakan oleh ternak dapat menimbulkan penurunan performa.
Hal ini didukung oleh pernyataan Santoso (2006), pakan yang diberikan kepada ternak potong sebaiknya pakan yang masih segar. Bila pakan berada di dalam palungan lebih dari 12 jam maka pakan tersebut akan menjadi basi, apek dan mudah berjamur.
Pakan yang sudah basi akan menyebabkan pengambilan (intake) pakan oleh ternak berkurang dan hal ini akan berdampak terhadap menurunnya performa ternak. Setiap terjadi penurunan 1,0 % akan menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan sebesar 1,5-2,0 %.
Untuk menjamin pakan di dalam palungan selalu segar, lakukan pemberian pakan minimal 2 kali sehari, bila terdapat sisa pakan dari pemberian sebelumnya harus dibuang. Idealnya ternak harus sudah diberikan pakan kembali kira-kira setengah jam setelah pakan pada pemberian sebelumnya habis.
Inilah pentingnya menyusun ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak .
Frekuensi pemberian pakan akan dapat meningkatkan konsumsi pakan, sehingga produksi susu akan mengalami peningkatan. Peningkatan produksi susu tersebut terjadi karena energi dan zat-zat makanan lainnya yang diperlukan untuk memproduksi susu tersedia dalam jumlah lebih banyak.
Frekuensi pemberian pakan tidak hanya meningkatkan konsumsi pakan, akan tetapi juga meningkatkan kecernaan bahan kering pakan.
Peningkatan kecernaan bahan kering pakan akan menambah jumlah zat-zat makanan yang dapat diabsorbi untuk kebutuhan produksi susu.
Pemberian pakan dari satu kali menjadi dua kali sehari pada sapi perah yang sedang berproduk akan berakibat pada meningkatnya konsumsi bahan kering hijauan sebanyak 10% yang disertai dengan peningkatan produksi susu yang mencapai 6%.
Frekuensi pemberian pakan empat kali dalam sehari ternyata mampu meningkatkan kemampuan berproduksi sampai dengan 54,8% (Siregar, 2001). Menurut Sodiq dan Abidin (2007), cara terbaik adalah memberikan hijauan sedikit demi sedikit namun berulang kali. Frekuensi yang sering digunakan adalah tiga atau empat kali dalam sehari.
Frekuensi pemberian yang berulang ini dilakukan untuk meningkatkan konsumsi ternak.
Sumoprastowo (1986) menyatakan bahwa pemberian pakan pada ternak kambing sebaiknya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi berulangkali, sesuai kebiasaan kambing, sehingga untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi ternak tersebut perlu diberi kesempatan yang lebih banyak untuk membangun jaringan-jaringan baru yang rusak.
Selain pakan dan tambahan seperti konsentrat dengan level kadar protein berbeda yang diberikan kepada ternak untuk meningkatkan kecernaannya. Kandungan pakan yang lebih tinggi diharapkan dapat meningkatkan peran protein untuk membangun jaringan tubuh sehingga dapat meningkatkan penformans kambing tersebut.
Baca juga: Cara beternak kambing beranak banyak dan hidup sehat
Komentar
Posting Komentar