4 Kunci Sukses Usaha Ayam Petelur dan Pedaging



Usaha Ayam petelur dan ayam pedaging membutuhkan banyak keterampilan dan ketelatenan. Namun cara beternak ayam petelur dan broiler sangat menguntungkan. Cara merawat ayam petelur tidak membutuhkan keribetan seperti cara beternak ayam bangkok, namun beternak ayam petelur biasanya berskala besar.






Baca juga: Cara Beternak Puyuh Bertelur Setiap Empat Puluh Hari
Berikut ini empat kunci sukses usaha ayam petelur dan pedaging.

Ransum dan Kebutuhan Nutrien Ayam Petelur  dan Pedaging

Ransum adalah bahan ransum ternak yang telah diramu dan biasanya tersusun ari berbagai jenis bahan pakan dengan komposisi tertentu. Pemberian ransum bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi daging agar menguntungkan. Konsumsi ransum ayam pedaging tergantung pada strain, umur, aktivitas serta temperatur lingkungan(Santoso, 2008).

Ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada di dalam bahan makanan yang digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan teknik penyusunan ransum (Soeharsono, 2004). 



Berapa persentase bahan dapat dimasukkan ke dalam ransum ditentukan oleh kandungan zat makanan dan zat antinutriennya. Sumber energi yang kaya dengan pati dan energi metabolismenya tinggi serta kandungan proteinnya mendekati 10% dapat dipakai dalam jumlah lebih banyak. 

Bahan lain setelah zat anti nutriennya dihilangkan, pemakaiannya dapat ditingkatkan. Bahan ransum sumber energi umumnya dapat digunakan lebih dari 10 hingga 70%. Bahan sumber protein pemakaiannya dalam ransum tentu lebih rendah jika kebutuhan protein kurang dari 20%   (Amrullah, 2007). 

Konsumsi ransum dipengaruhi kecepatan pertumbuhan, imbangan nutrien, strain, kesehatan, bentuk ransum dan umur (Wahju, 1985) dan temperatur lingkungan (Soeharsono, 1977).

Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan. Setiap minggunya ayam mengkonsumsi ransum lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Konsumsi ransum merupakan cermin dari masuknya sejumlah unsur nutrien kedalam tubuh ayam. Jumlah yang masuk harus sesuai dengan yang dibutuhkan  untuk produksi dan untuk hidup pokoknya.

Pertumbuhan ayam broiler dimulai perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai dicapai pertumbuhan maksimum setelah itu menurun kembali hingga akhirnya berhenti. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan (Kartsudjana dan Suprijatna, 2006).

Kandungan protein dalam ransum ternak untuk ayam broiler umur 1-14 hari adalah 21-24% dan untuk umur 14-39 hari adalah 19-21%. Kebutuhan protein untuk ayam yang sedang dalam masa pertumbuhan relatif lebih tinggi karena untuk memenuhi tiga macam kebutuhan yaitu untuk pertumbuhan jaringan, hidup pokok dan pertumbuhan bulu. 

Kebutuhan anak ayam (starter) akan kalsium (Ca) maksimum 1%, ayam sedang tumbuh dan finisher adalah 0,6%, sedangkan kebutuhan ayam akan fosfor (P) bervariasi dari 0,2-0,45% dalam ransum (Fadilah, 2004).

Ransum merupakan pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan nutrien dan energi yang diperlukan. Berdasarkan bentuknya, ransum dibagi menjadi tiga jenis yaitu mash, pellet, dan crumble.

1. Ransum bentuk mash
adalah bentuk ransum paling sederhana yang merupakan campuran serbuk (tepung) dan gramanula berbagai jenis bahan baku pakan.
2. Ransum bentuk pellet, 
adalah bentuk ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan komposisi yang diolah dengan menggunakan mesin pellet (pelletizer) dengan tujuan mengurangi loss nutrien dan dalam bentuk utuh.
3. Ransum bentuk crumble, 
adalah ransum bentuk pellet yang pecah menjadi 2 atau 3 bagian dengan tujuan agar bisa dimakan oleh ternak.(Alamsyah, 2005).

Ayam dan jenis unggas lainnya membutuhkan sejumlah nutrien yang lengkap untuk menunjang hidupnya, untuk pertumbuhan dan untuk berproduksi. Unggas membutuhkan lebih dari 40 material kimiawi yang diklasifikasikan ke dalam enam kelas yakni karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. 

Semuanya harus ada dalam ransum yang dimakan kemudian dinyatakan bahwa kandungan nutrien pada fase starter mengandung protein 19,5–21,2%, mengandung energi metabolisme 2851–3180 kkal/kg ransum sedangkan finisher protein 22,0–22,7% dan energi metabolisme 3290–3399 kkal/kg ransum (Soeharsono, 2004).

Manajemen Pakan Ayam Pedaging dan Petelur

Program pemberian pakan pada ayam pembibit betina biasanya dilakukan sehari dua kali. Kadar nutrien seperti protein dan asam amino biasanya diturunkan secara bertahap saat ayam mencapai usia dan produksi tertentu. 

Biasanya dilakukan peningkatan persentase kalsium karena terjadi penurunan kalsium pada tulang, serta penurunan penyerapan kalsium pada umur 50 minggu. 

Kondisi cuaca yang panas diperlukan manajemen pakan yang tepat untuk menghindari penurunan produksi. Kondisi tersebut biasanya diatasi dengan meningkatkan kadar vitamin dan mineral premix sebesar 10%, serta peningkatan kadar asam amino dan asam linolenat (Hubbard, 2011).

Pemberian pakan yang hanya menggunakan 1 jenis pakan (ransum tunggal) setelah memasuki fase bertelur akan memudahkan dalam proses manajemen pakan. Kebutuhan asam amino harian akan mengalami penurunan setelah fase starter. 

Asam amino dapat dipenuhi dari kandungan asam amino dalam pakan. Kebutuhan kalsium pada ayam pembibit fase layer akan mengalami peningkatan. Peningkatan kebutuhan kalsium tersebut dapat dipenuhi dari kalsium yang berasal grit. 

Ransum tunggal diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan nutrien ayam pembibit di berbagai tingkat produksi dan musim. Ransum tunggal memiliki memiliki kelengkapan nutrien untuk memenuhi kebutuhan energi dan asam amino yang dibutuhkan (Hubbard, 2011).  

Fase pra layer memerlukan keseragaman pakan yang mengandung protein dan asam amino lebih tinggi untuk mencapai periode dewasa kelamin. Ayam pembibit yang memiliki bobot badan di bawah standar harus memiliki peluang mendapatkan pakan yang lebih baik guna mencapai pertumbuhan kompensasi. 

Pakan pre layer mengandung kalsium yang lebih tinggi untuk mengembagkan dan meningkatkan kualitas cangkang (Cobb, 2008).

Tempat pakan ayam pembibit betina atau female feeder trough menyerupai rel dan terdapat rantai yang berfungsi untuk menjalankan pakan dari dalam bok pakan ke seluruh female feeder trough. Tujuan dari teknik ini adalah agar ayam pembibit betina mendapatkan pakan secara merata. Female feeder trough di pasang di atas slat yang mengelilingi lantai slat. 

Alat tersebut terdiri dari 3 mesin, 3 bok pakan dengan kapasitas 150 kg dan 6 bok pakan dengan kapasitas 50 kg dalam satu kandang (Aviagen, 2013). 
Pemberian pakan pada pemeliharaan pejantan tidak diberikan secara adlibitum melainkan secara terbatas. Manajemen pemberian pakan pada pejantan sangat penting untuk menjaga fertilitas telur tetap tinggi. 

Pemisahan tempat pakan antara jantan dan betina dapat dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan ukuran kepala antara pejantan dan betina, sehingga berat badan dan keseragaman setiap jenis kelamin dapat lebih terkontrol. 

Pemisahan tempat pakan mengharuskan pelaksanaan manajemen pakan yang lebih hati-hati dan perlu pengawasan terhadap perilaku makan secara teratur. Pemantauan yang cermat dari berat badan dan perilaku makan yang diperlukan untuk memastikan bahwa pejantan dan betina menerima cukup pakan untuk mencapai target kenaikan berat badan. 

Peralatan pakan harus diatur dengan benar dan diperhatikan, apabila tidak maka distribusi pakan tidak merata dan menyebabkan penurunan produksi telur dan kesuburan (Aviagen, 2013). 

Kekurangan pakan pada pejantan dapat terjadi selama tahap awal produksi setelah pencampuran pejantan dan betina. Perilaku kawin pada tahap produksi mengakibatkan pergerakan pejantan sangat aktif, namun belum mencapai persyaratan kematangan fisiologis sehingga kebutuhan nutrien sangat tinggi. 

Pejantan akan menjadi kusam dan lesu, menunjukkan penurunan aktivitas dan sangat jarang berkokok apabila kekurangan nutrien. Jengger dan pial menjadi lembek, pejantan akan kehilangan berat badan, kesehatan menurun dan akhirnya terjadi molting apabila kondisi ini terus berlangsung. 

Tindakan yang harus dilakukan dari gejala-gejala tersebut adalah segera mengevaluasi pemberian pakan dan rasio populasi (rasio pejantan 10% dari populasi). Langkah selanjutnya yaitu pemberian pakan ditambah 3-5 g/ekor/hari (Hubbard, 2011).

Ayam jantan yang dibesarkan secara terpisah dengan betina, maka disarankan ketika memindah pejantan ke kandang layer satu minggu sebelum betina. Proses ini membantu pejantan untuk belajar makan dari tempat pakan khusus pejantan (Leeson dan Summers, 2009). 

Menurut Aviagen (2013), ada 3 alat yang biasa digunakan untuk tempat pakan pada ayam pejantan, diantaranya yaitu automatic pan-type feeders, hanging hoppers (tube feeders) dan male feeder. 


Tube feeders dan male feeder, keduanya digantungkan dari atap kandang dan tinggi tempat pakan dapat disesuaikan tinggi pejantan. Proses menggantung male feeder pakan diisi secara manual. Male feeder tidak miring ke satu sisi agar pakan yang diberikan memiliki kualitas yang sama     (Aviagen, 2013).

Tinggi tempat pakan pejantan disesuaikan dengan benar sehingga semua pejantan memiliki akses yang sama untuk makan. Tinggi tempat pakan pejantan yang benar digqantung dengan ketinggian 50-60 cm di atas litter. Pengawasan diperlukan untuk memastikan bahwa tinggi tempat pakan pejantan tetap benar (Aviagen, 2013).

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan dihitung dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan pakan yang tersisa. Pakan yang diberikan dikatakan efisien apabila pakan dapat dikonsumsi secara maksimal. 

Efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh produksi telur, laju pertumbuhan, penyerapan energi metabolisme pakan, kecukupan zat-zat makanan dalam pakan, temperatur lingkungan dan kesehatan ternak. 

Banyak sedikitnya konsumsi pakan bergantung pada ukuran tubuh ternak, sifat genetis (breed), suhu lingkungan, tingkat produksi, perkandangan, tempat pakan per ekor, keadaan air minum, kualitas dan kuantitas pakan serta penyakit (Suprijatna, 2005).

Cahaya mempunyai peran terhadap konsumsi pakan dan bobot badan. Peranan cahaya juga berkaitan erat dengan produksi dan ukuran telur karena merangsang kerja hormon untuk pertumbuhan dan pemasakan calon telur. Dewasa kelamin pada ternak fase grower juga sangat dipengaruhi oleh cahaya (Johari, 2005).

Semakin tinggi energi pakan maka konsumsi pakan akan menurun. Konsumsi pakan akan mempengaruhi konsumsi protein ternak. Konsumsi protein berdampak pada kenaikan bobot badan ternak. Konsumsi protein merupakan banyaknya protein yang terdapat dalam sejumlah pakan yang dikonsumsi (Utomo et al., 2013).

Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi pakan untuk memperoleh energi sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. 

Energi dalam pakan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhannya, maka konsumsi pakan akan tinggi sedangkan jika kebutuhan energi melebihi kebutuhan, maka konsumsi pakan akan sedikit. 

Konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur, palatabilitas ransum, energi ransum, tingkat produksi, kuantitas dan kualitas ransum (Wahyu, 2004).

FCR

Konversi pakan adalah perbandingan konsumsi pakan dengan pertambahan berat atau berat telur yang diperoleh. Perbedaan konversi ransum karena adanya perbedaan jumlah konsumsi pakan dan produksi telur. 

Suhu yang kurang nyaman, persediaan pakan atau minum yang terbatas, tatalaksana pemeliharaan, kualitas pakan, kepadatan kandang dan penyakit pada ternak juga dapat mempengaruhi nilai konversi pakan (Novianti et al., 2014).

Pakan yang memiliki kandungan nutrien yang cukup biasanya mempunyai daya cerna yang baik apabila tidak ada faktor pembatas dalam pakan seperti racun, sehingga akan menunjang pertumbuhan ternak. 

Pakan yang mengandung kandungan protein yang rendah menyebabkan nilai kecernaan protein yang rendah pula. Pakan yang telah melalui proses fermentasi akan lebih meningkatkan nutrien dari bahan dasar (Mahfudz et al., 2004).

Kualitas pakan semakin baik, semakin kecil pula nilai konversi pakannya. Kualitas pakan semakin buruk, sebaliknya nilai konversi pakan semakin tinggi. Baik tidaknya kualitas pakan, ditentukan oleh keseimbangan nutrien dalam pakan yang diperlukan oleh ternak (Sagala, 2009).

Ternak mengkonsumsi pakan untuk kebutuhan pokok dan untuk bereproduksi pada saat sudah memasuki fase produksi. Konversi pakan akan meningkat saat ternak mempersiapkan organ reproduksinya untuk menghasilkan telur. 

Tingkat konversi pakan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti mutu pakan, tata cara pemberian pakan dan kesehatan ternak yang berkaitan dengan tingkat konsumsi. Suhu yang tinggi sehingga terjadi stres pada ternak menyebabkan nilai konversi pakan tinggi. 

Stres yang berkelanjutan maka pertambahan bobot badan akan terganggu sehingga pada akhirnya pakan yang dikonsumsi tidak dimetabolis dengan baik. Terganggunya metabolisme dalam tubuh puyuh akan menjadikan penggunaan pakan tidak efisien. 
Baca juga: Cara Beternak Ayam Broiler Dengan Efisien
Hal tersebut yang menyebabkan konversi pakan erat hubungannya dengan pertambahan bobot badan puyuh (Utomo et al., 2013).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panduan Cara Beternak Bebek Hibrida yang Berbeda dengan Itik Lokal

5 Penyebab dan Cara Mengatasi Induk Kambing tidak Mau Menyusui Anaknya

Penting! Cara Merawat Anak Kambing Yang Ditinggal Mati Induknya